Surabaya,Satusuara.info- Keserakahan nafsu birahi kekuasaan yang melibatkan masyarakat dengan SDM yang rendah akan mudah dijadikan alat poilitik sehingga tidak dapat mengukur, bahwa nyawa tidak ada harganya sehingga banyak tumbal yang berjatuhan dikarenakan taklid buta politik.
Jika boleh meminjam istilah pesan inspiratif Gus dur, "Tidak ada tahta dan kekuasan yang harus dipertahankan mati matian" Sebab Kemanusian dan humanisme lebih tinggi di atas politik, preseden buruk yang menimpa sebelah (Sampang) sudah memporak porandakan bangunan berbagai aspek, semangat anak muda yang dimotori oleh Ketua umum dan Ketua Harian IPPAMA Aji Kusuma sedikit merasakan terpukul dan menyayat hati, sehingga dari sisi mana kita bisa mengembalikan citra madura yang konotasinya maaf tanda kutip, syarat dengan kekerasan, carok, ini akan terus mengisolir madura disparitas pembangunan terus akan menyelimuti madura, lalu Investor mana yang akan berani masuk ke madura jika presden buruk terus menghantui daerah kita, indiktor keberhasilan sebuah daerah kita bisa ketahui meluli tiga aspek, yakni :
1. Inkes komposit sosial
2. Indeks komposit lingkungan
3. Indeks komposite pedidikan
"Jika salah satu dari tiga aspek ini gugur maka Madura akan berjalan merangkak laksana keong terus akan mengalami ketertinggalan,"ungkap Aji Kusuma, Ketua Harian IPPAMA, Minggu (17/11)2024) malam.
Dijelaskannya, Ironis sekali jika anak cucu kita terus diwarisi tradisi kelam yang terus menghantui setiap ikhtiar anak muda yang menempuh jalur akademis, kami himbau kepada aparat penegak hukum untuk tidak lengah mendeteksi dini daerah mana yang berpotensi Cheos agar senantiasa peluang peluang mencederai demokrasi saat Pilkada 2024 tidak terjadi. (Red)